Langsung ke konten utama

KETERAMPILAN DASAR ASSISTANT GIGI

KETERAMPILAN DASAR ASSISTANT GIGI

DALAM PRAKTEK DOKTER GIGI

Oleh : drg Bawa Adiwinarno

Dalam hal ini yang berkompeten membantu tugas dokter gigi dalam melakukan perawatan dan pengobatan gigi dan mulut terhadap pasien adalah perawat gigi, namun oleh karena keterbatasan tenaga, maka perawat umum dapat dilatih sebagai chairside assistant meskipun mempunyai ilmu pengetahuan dan keterampilan yang sedikit.

Tugas / pekerjaan seorang assistant gigi sangat menunjang didalam praktek dokter gigi karena ikut menentukan keberhasilan perawatan yang akan dilakukan oleh dokter gigi terhadap pasien yang berobat.

Tugas Assistant Gigi :

· Kemampuan membantu operator dalam perawatan rutin pada klinik gigi (sebagai chair side assistant).

· Kemampuan membantu prosedur restorasi gigi dan prosedur bedah mulut dan periodontal.

· Kemampuan menyiapkan dan menerapkan penggunaan bahan – bahan pada pengobatan gigi pasien.

· Kemampuan membantu dokter gigi dalam pengobatan pasien.

· Kemampuan melakukan irigasi mulut.

· Kemampuan sterilisasi alat dan pemeliharaan alat kedokteran gigi.

· Kemampuan mengelola pasien & dokumen di klinik gigi.

KOMUNIKASI TERAPEUTIK

Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan atau informasi dari seseorang kepada orang lain baik secara verbal maupun nonverbal.

Penyampaian pesan dapat dilakukan dengan menggunakan symbol, tanda, atau tingkah laku.

Unsur-unsur komunikasi adalah ; komunikator, pesan, komunikan, media, dan respon atau umpan balik.

Komunikasi terapeutik adalah proses yang digunakan oleh perawat memakai pendekatan yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan pada klien.


Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling memberikan pengertian antara perawat dengan klien. Persoalan yang mendasar dari komunikasi ini adalah adanya saling membutuhkan antara perawat dan klien, sehingga dapat dikategorikan ke dalam komunikasi di antara perawat dan klien, perawat membantu dan klien menerima bantuan.

Tujuan komunikasi terapeutik adalah :

1. Membantu klien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila klien percaya pada hal yang diperlukan.

2. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan mempertahan kekuatan egonya.

3. Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri.

Teknik Komunikasi Terapeutik.

1. Mendengarkan dengan penuh perhatian.

Dalam hal ini perawat berusaha mengerti klien dengan cara mendengarkan apa yang disampaikan klien. Mendengar merupakan dasar utama dalam komunikasi. Dengan mendengar perawat mengetahui perasaan klien. Beri kesempatan lebih banyak pada klien untuk berbicara. Perawat harus menjadi pendengar yang aktif.

2. Menunjukkan penerimaan.

Menerima tidak berarti menyetujui, menerima berarti bersedia untuk mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan keraguan atau ketidaksetujuan.

3. Menanyakan pertanyaan yang berkaitan.

Tujuan perawat bertanya adalah untuk mendapatkan informasi yang spesifik mengenai apa yang disampaikan oleh klien.

4. Mengulangi ucapan klien dengan menggunakan kata-kata sendiri.

Melalui pengulangan kembali kata-kata klien, perawat memberikan umpan balik bahwa perawat mengerti pesan klien dan berharap komunikasi dilanjutkan.

5. Mengklasifikasi.

Klasifikasi terjadi saat perawat berusaha untuk menjelaskan dalam kata-kata ide atau pikiran yang tidak jelas dikatakan oleh klien.

6. Memfokuskan.

Metode ini bertujuan untuk membatasi bahan pembicaraan sehingga percakapan menjadi lebih spesifik dan dimengerti.

7.Menyatakan hasil observasi.

Dalam hal ini perawat menguraikan kesan yang ditimbulkan oleh isyarat non verbal klien.

8. Menawarkan informasi.

Memberikan tambahan informasi merupakan tindakan penyuluhan kesehatan untuk klien yang bertujuan memfasilitasi klien untuk mengambil keputusan.

9.Diam.

Diam akan memberikan kesempatan kepada perawat dan klien untuk mengorganisir. Diam memungkinkan klien untuk berkomunikasi dengan dirinya sendiri, mengorganisir pikiran dan memproses informasi.

10.Meringkas.

Meringkas pengulangan ide utama yang telah dikomunikasikan secara singkat.

11. Memberi penghargaan.

Penghargaan janganlah sampai menjadi beban untuk klien dalam arti jangan sampai klien berusaha keras dan melakukan segalanya demi untuk mendapatkan pujian dan persetujuan atas perbuatannya.

12. Memberi kesempatan kepada klien untuk memulai pembicaraan.

Memberi kesempatan kepada klien untuk berinisiatif dalam memilih topik pembicaraan.

13. Menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan.

Teknik ini memberikan kesempatan kepada klien untuk mengarahkan hampir seluruh pembicaraan.

14. Menempatkan kejadian secara berurutan.

Mengurutkan kejadian secara teratur akan membantu perawat dan klien untuk melihatnya dalam suatu perspektif.

15. Memberikan kesempatan kepada klien untuk menguraikan persepsinya

Apabila perawat ingin mengerti klien, maka perawat harus melihat segala sesuatunya dari perspektif klien.

16. Refleksi.

Refleksi memberikan kesempatan kepada klien untuk mengemukakan dan menerima ide dan perasaannya sebagai bagian dari dirinya sendiri.

PENGELOLAAN PASIEN GIGI DI BALAI PENGOBATAN GIGI

  1. Pasien mengisi buku absent pasien di ruang administrasi
  2. Diharapkan dapat melakukan komunikasi terapeutik
  3. Menanyakan maksud kedatangan,apakah sudah pernah kunjungan ke bp tawang ? bila sudah pernah kunjungan, tanyakan apakah ada keluhan – keluhan selama perawatan terdahulu ?
  4. Mengambil / menyiapkan status perawatan
  5. Melakukan anamnesa & memandu pasien untuk mengisi status perawatan hingga selesai, tanyakan tentang riwayat penyakit dalam, alergi obat – obatan tertentu, saat ini dalam masa pengobatan / tidak, apakah pasien saat ini mengkonsumsi obat – obatan tertentu yang harus diminum setiap hari
  6. Setelah selesai mengisi status, pasien dipandu untuk masuk ke ruangan poli gigi dengan menyampaikan informasi kepada dokter gigi, seperti : tujuan pasien berobat,riwayat penyakit dalam, kunjungan baru
  7. Mengasistensi dokter gigi selama perawatan berlangsung sampai selesai
Setelah selesai perawatan, memandu pasien ke ruang administrasi disertai mengingatkan kembali kepada pasien perihal instruksi – instruksi yang telah disampaikan oleh dokter gigi kepada pasien

Chairside Assistant dalam tindakan tumpatan plastis

Pengadukan Basis semen ( zinkphosphat semen ), Bahan pengisian saluran akar ( zinkokside + Chkm )

  1. Siapkan semen spatula, Glass slap kering & bersih
  2. Siapkan bahan yang digunakan
  3. Ambil powder secukupnya, meletakkan di glass slap, dibagi menjadi 2 bagian
  4. Meneteskan liquid / Chkm ke glass slap, menutup dengan rapat botol liquid / Chkm
  5. Aduk dengan gerakan rotasi dalam area yang agak luas
  6. Waktu mengaduk yang dibutuhkan ± 20 detik
  7. Konsistensi seperti dempul untuk basis semen & lumer untuk bahan pengisian

Chairside Assistant dalam penumpatan glass ionomer

  1. Siapkan alat & bahan yang dibutuhkan
  2. Mengasistensi operator selama preparasi kavitas ( transfer alat bur & sedot saliva dengan suction )
  3. Membantu proses isolasi & sterilisasi kavitas
  4. Mengaduk bahan glass ionomer ( perbandingan 1 : 1 ) & transfer kepada operator

Chairside Assistant dalam penumpatan komposit resin

  1. Siapkan alat & bahan yang dibutuhkan
  2. Mengasistensi operator selama preparasi kavitas ( transfer alat bur & sedot saliva dengan suction )
  3. Membantu proses isolasi & sterilisasi kavitas
  4. Membantu tahap pengetsaan ( transfer bahan etsa asam ke operator dengan aplikator tip )
  5. Menyerahkan three way syringe ke operator
  6. Membantu tahap bonding ( transfer bahan bonding ke operator dengan aplikator tip )
  7. Mentransfer Light curing kepada operator
  8. Menerima Light curing, kemudian mentransfer bahan komposit resin dengan menggunakan plastis filling instrument
  9. Mentransfer Light curing kembali ke operator, demikian seterusnya hingga tumpatan selesai

Persiapan alat & bahan tumpatan glass ionomer

· Kaca mulut

· Sonde

· Pinset

· Ekskavator

· Plastis filling

· Agate spatula

· Paper pad

· Alkohol

· Liquid & powder glass ionomer

· Varnish

· Cotton pellet & cotton roll

Persiapan alat & bahan tumpatan komposit resin

· Kaca mulut

· Sonde

· Pinset

· Ekskavator

· Plastis filling

· Aplikator tip

· Etsa asam

· Bonding agent

· Komposit resin

· Alkohol

· Cotton pellet & cotton roll

Chairside Assistant tindakan konservasi gigi

Assistensi perawatan mumifikasi kunjungan ke -1

  1. Siapkan alat & bahan arsen / caustinerf
  2. Mengambil arsen / caustinerf sebesar ujung ballpoint / secukupnya
  3. Dibungkus arsen / caustinerf tersebut dengan kapas tipis
  4. Membasahi arsen / caustinerf yang telah dibungkus dengan eugenol & taruh di glass slap
  5. Transfer ke operator & membanti proses isolasi kavitas
  6. Mentransfer bahan tumpatan sementara ( cavit ) dengan plastis filling

Assistensi perawatan mumifikasi pada tahap sterilisasi

  1. Siapkan alat & bahan
  2. Ambil bahan sterilisasi ( Chkm / Tkf / Cresopen ) di teteskan di glass slap
  3. Membasahi cotton pellet dengan bahan sterilisasi yang ada di glass slap
  4. Menyerahkan bahan sterilisasi kepada operator
  5. Mentransfer bahan tumpatan sementara ( cavit ) sesuai dengan besar kavitas dengan menggunakan plastis filling

Chairside assistant dalam tindakan ekstraksi gigi

  1. Siapkan alat & bahan ekstraksi sesuai dengan indikasi elemen gigi
  2. Siapkan alat & bahan anestesi local ( citoject / disposable syringe )
  3. Memfiksasi kepala pasien jika operator sedang melakukan gerakan exo
  4. Jika gigi sudah terambil, siapkan tampon yang sudah diberi povidon / bahan antiseptic
  5. Mentransfer tampon tersebut ke operator
  6. Membersihkan sisa darah di sekitar mulut pasien
  7. Membekali pasien dengan tampon

Chairside assistant dalam tindakan periodontia

  1. Siapkan alat & bahan ( liquid OCO, povidon ) yang dibutuhkan
  2. Mentransfer handle ultrasonic scaler ke operator
  3. Mengaktifkan saliva ejector ( suction )
  4. Jika sudah selesai pembersihan karang gigi, kemudian memberikan cotton pellet yang sudah diberi povidon / obat antiseptic
  5. Memberesi pasien
  6. Membersihkan alat & mengembalikan ke tempatnya
DAFTAR PUSTAKA
  1. Standart Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2006
  2. Petunjuk praktikum “Four Handed Dentistry” , JKG Poltekkes Semarang, 2007, hal 20 – 48Cangara, Hafid. (2006), Pengantar Ilmu Komunikasi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta
  3. Keperawatan: Teori dan Praktik.Alih Bahasa :Susi Purwoko. Jakarta,EGC.
  4. Keliat, B.A. (2002), Hubungan Terapeutik Perawat-Klien, EGC, Jakarta.
  5. Notoatmodjo, S 1997, Ilmu Perilaku dan komunikasi Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENYAKIT DALAM BISA JADI KONTRA INDIKASI PENCABUTAN GIGI

Kontra indikasi pencabutan gigi atau tindakan bedah lainnya disebabkan oleh faktor lokal atau sistemik. Dikatakan menjadi kontra indikasi pencabutan gigi bila dokter gigi / dokter spesialis akan memberi ijin atau menanti keadaan umum penderita dapat menerima suatu tindakan bedah tanpa menyebabkan komplikasi yang membahayakan bagi jiwa penderita. Kontra Indikasi Sistemik Pasien dengan kontra indikasi yang bersifat sistemik memerlukan pertimbangan khusus untuk dilakukan pencabutan gigi. Bukan kontra indikasi mutlak dari pencabutan gigi. Faktor-faktor ini meliputi pasien-pasien yang memiliki riwayat penyakit khusus. Dengan kondisi riwayat penyakit tersebut, pencabutan gigi bisa dilakukan dengan persyaratan bahwa pasien sudah berada dalam pengawasan dokter ahli dan penyakit yang menyertainya bisa dikontrol dengan baik. Hal tersebut penting untuk menghindari terjadinya komplikasi sebelum pencabutan, saat pencabutan, maupun setelah pencabutan gigi. 1. Diabetes Mellitus ( penyakit ...

Pilih Cabut atau Tambal

INFO KESEHATAN GIGI & MULUT Gigi berlubang : pilih dicabut atau apakah masih bisa dirawat ? Apakah ada gigi Anda yang berlubang? Atau malah sudah pernah merasakan sakit gigi, ngilu, nyut-nyutan dan mahkota gigi sudah keropos dan tidak utuh lagi. Lantas tindakan apa yang dilakukan, minum obat, atau tempelkan koyo di pipi, berobat ke dokter gigi atau malah dibiarkan saja hingga rasa sakit hilang dengan sendirinya? Kalau gigi sudah berlubang besar, apalagi kalau sudah pernah sakit dan mengganggu, sebagian besar orang mungkin akan berpikir masalah akan selesai dengan datang ke dokter gigi dan meminta agar gigi tersebut dicabut saja. Atau jika sudah tidak sakit lagi ya dibiarkan saja, kan tidak ada keluhan apa-apa berarti gigi tersebut sudah sembuh. Namun sebetulnya tidak demikian. Gigi yang berlubang akan menimbulkan sakit berdenyut kalau sudah mencapai ruang pulpa (lihat gambar di atas) yang isinya adalah jaringan syaraf dan pembuluh darah. Bila tidak dirawat, infeksi...